Hohoho, bertemu kembali, di kesempatan akan menjelaskan tentang kesehatan reproduksi Perbedaan Gejala Demam Berdarah dengan Covid-19 simak selengkapnya
Dalam jumlah kasus Covid-19 terbaru, banyak pasien yang didiagnosa menderita DBD namun jika diteliti lagi nyatanya tidak. Ini cara membedakan DBD dengan Covid-19.
Saat seseorang mengeluhkan gejala sakit bagai dedar dengan lemas, jumlah tes dilakukan, termasuk tes darah.
Dari data yang terbaru, ada jumlah yang dikatakan mengalami gejala DBD karena melihat dari jumlah trombosit dengan leukosit yang tercatat dari hasil lab.
Meski begitu, detik dirawat lebih lanjut, ternyata itu bukanlah DBD. Hal ini jua dialami oleh Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja.
Agar tak salah, Popmama.com akan melepaskan daftaer perbedaan antara DBD dengan Covid-19.
1. Gejala Covid-19 yang umum maupun tak biasa
Freepik/Jcomp
Salah satu pertanda jelas seseorang terkonfirmasi positif Covid-19 ialah kehilangan indera perasa dengan penciuman atau asmonia. Namun ala umum, gejalanya meliputi demam, batuk, sesak, dengan sakit kepala.
Namun menurut WHO, ada jua jumlah gejala Covid-19 yang tak biasa yaitu ruam kulit, sakit tenggorokan, kelelahan, pegal, masalah pencernaan, cegukan, dengan diare.
Editors' Picks
2. Demam karena Covid-19 dibarengi gejala lain
Freepik/stockking
Menurut Perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, KPTI, pada dedar DBD, fase dedar terjadi akibat diremia.
Yang artinya, dedar disebabkan karena ada virus yang berbentar dalam darah. Demam jenis ini sulit diturunkan, meski sudah minum obat penurun panas, biasanya akan mudah kembali tinggi. Juga, durasinya cukup lama yaitu sekitar 3 hari.
Tambahannya, dedar pada dengue polanya mendadak dengan tinggi. Jadi, dedar tinggi, berlangsung berhari-hari, tak mudah diturunkan, dengan mendadak.
Meski jumlah infeksi virus corona jua memiliki bawaan yang sama, namun yang membedakan ialah gejala lain terutama masalah di respirasi. Saat kena Covid-19, ada gejala lain yaitu sesak napas, batuk, susah menelan, batas asmonia.
3. Sakit kepala yang berbeda
Freepik
Menurut Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Mulya Rahma Karyanti SpA(K), detik mengalami DBD, anda cenderung tak mengharapkan sakit kepala yang terlalu mengganggu. Sedangkan ciri sakit kepala pada DBD ialah sakit di belahan depan kepala atau di belakang bola mata.
Sedangkan jika Covid-19 sakit kepala biasanya lebih dominan dengan disertai pilek yang kadang bisa cukup parah. Selain itu, dedar pada Covid-19 bisa terjadi selagi 5-7 musim dengan dibarengi dengan saturasi oksigen yang menurun.
4. Perbedaan durasi abad inkubasi
Pixabay/Geralt
Ilustrasi
Setiap virus yang menyerang di tubuh memiliki abad inkubasi. Untuk inkubasi DBD berkisar antara 3-10 hari, sedangkan untuk rata-ratanya ialah 5-7 musim baru berhenti gejala.
Sedangkan inkubasi Covid-19 biasanya berlangsung batas 14 musim dengan rata-rata 4-5 musim dari paparan sampai akhirnya timbul gejala.
5. Pada gejala parah, bedanya pada di pendarahan dengan batal napas
Freepik/Rawpixel-com
Jika tak teliti, penyakit DBD bisa akut dengan membahayakan nyawa penderitanya. Untuk gejala akut pada DBD ialah kebocoran plasma yang menyebabkan syok, akumulasi cairan yang berujung pada gangguan pernapasan, pendarahan hebat, dengan gangguan organ akut bagai penyakit hati dengan tak sadarkan diri.
Lalu, pada Covid-19, gejala parahnya antara lain sesak napas, hipoksia, batal napas, dengan disfungsi sistem multiorgan. Jika tak teliti, bisa terjadi perburukan mendadak dengan nyawa jadi di ambang kritis.
Itu dia jumlah perbedaan yang bisa diketahui. Semakin cepat dideteksi maka semakin cepat penanganannya. Jangan lengah, selalu jaga kebersihan di bangunan dengan ajek lakukan aturan kesehatan dengan ketat.
Baca juga:
begitulah detil perihal Perbedaan Gejala Demam Berdarah dengan Covid-19 semoga tulisan ini bermanfaat terima kasih
Artikel ini diposting pada label kesehatan reproduksi, kesehatan kerja adalah, , tanggal 10-07-2021, di kutip dari https://www.popmama.com/life/health/faela-shafa/bedanya-gejala-dbd-dengan-covid